Manusia Yang Hidupnya Penuh Kebencian Berarti Kurang Bersyukur
Akhir-akhir ini aku sering melihat konten di YouTobe dan X tentang konten yang sedang viral di Indonesia, karena aku penasaran maka aku mencari tau kebenarannya dengan membandingkan banyak konten pro dan kontra. Aku santai saja dan sama-sekali tidak terpancing dengan konten-konten negatif penuh kebencian yang entah niatnya apa.
Kenapa masih ada sekelompok orang yang hatinya penuh dengan kebencian sehingga memfitnah, menjelekkan orang yang mereka benci, sampai membawa-bawa agama seakan-akan mereka itu paling benar dan perfect. Padahal aku melihat bahwa sekelompok pembenci itu adalah orang yang berada, orang kaya dan berkemampuan. Berarti mereka itu kurang bersyukur dengan harta benda yang mereka punya.
Ada kepentingan apa sehingga mereka itu jadi pembenci, dan karena benci, tidak puas maka mereka akan mencari-cari, menggali kesalahan orang yang dibencinya. Sesuatu yang sebenarnya simple dibuatnya ribet. Yang lebih parah lagi bahwa mereka juga menggiring opini agar mempercayai kata-katanya yang sebenarnya tidak wajar. Mereka berdalil untuk mencari keadilan demi rakyat Indonesia yang ratusan juta jumlahnya.
Di entri-entri sebelumnya aku sudah sering menuliskan tentang berita hoax, aku juga sudah selalu bilang agar kita harus cerdas dalam bersosial media di era digital teknologi yang semakin maju pada saat ini. Jangan menelan mentah-mentah tentang konten atau berita dengan judul yang seakan-akan benar tanpa memvalidasi terlebih dahulu. Apabila orang mudah percaya dengan berita yang belum jelas kebenarannya nanti akan terlibat dalam fitnah dan dosa.
Ketika Anda menyingkapi sebuah konten maka mainkan dulu nalar dan logika Anda apakah konten itu wajar atau tidak dengan mencari bukti tentang kebenarannya. Aku sering bertanya langsung dengan orang-orang yang aku kenal terutama rakyat biasa yang mayoritas dalam menyingkapi berita viral. Aku bertanya kepada mereka apakan mereka percaya atau tidak dan apa pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari mereka?
Bagaimana mereka menjawab? mereka menjawab bahwa kelompok pembenci tersebut seperti orang yang kurang kerjaan. Orang biasa, rakyat biasa lebih fokus dengan diri mereka sendiri terutama fokus mencari nafkah di kerasnya kehidupan. Kami rakyat kecil lebih susah mencari nafkah dan lebih rela hidup sederhana apa adanya.
Prinsip kami rakyat kecil (aku juga rakyat kecil, rakyat biasa) lebih baik bersyukur dengan pendapatan yang sedikit tapi berkah, daripada punya uang banyak tapi dari hasil yang tidak berkah. Jangan pernah ada kebencian dalam hati, bersyukurlah!
Post a Comment for "Manusia Yang Hidupnya Penuh Kebencian Berarti Kurang Bersyukur"
Post a Comment