Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang

Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang


Suka Duka Merantau: Antara Tuntutan Ekonomi dan Rindu Kampung Halaman

Apa sebenarnya faktor utama yang mendorong seseorang mengadu nasib ke luar negeri? Bagi rakyat kecil seperti saya, jawabannya jelas: faktor ekonomi. Ada keinginan kuat untuk mengubah nasib agar menjadi lebih baik. Namun, merantau ke negara orang bukanlah perkara mudah; dibutuhkan nyali besar dan mental yang tangguh. Kita harus siap "wani perih" atau berani menderita demi mencapai tujuan.


Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang


Banyak orang membayangkan luar negeri sebagai gudang uang, padahal kenyataannya setiap rupiah diraih dengan kerja keras dan kemandirian tinggi, jauh dari pelukan keluarga. Tantangan lain adalah godaan mental. Bagi perantau yang berangkat dari latar belakang ekonomi sulit, melihat gaji besar sering kali memicu keinginan konsumtif. Di sinilah kedewasaan dalam mengelola hasil jerih payah diuji.

Saya sendiri telah merantau selama puluhan tahun. Meski jauh, saya selalu mengusahakan pulang satu hingga tiga kali setahun. Ada kebahagiaan tak terhingga yang menyelimuti hati sejak perjalanan dimulai. Saat pesawat mendarat di tanah kelahiran dan akhirnya bisa memeluk orang tua serta berkumpul dengan saudara, rasanya luar biasa. Momen hangat bersama tetangga dan kerabat adalah obat lelah yang paling mujarab.


Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang


Namun, di balik kebahagiaan itu, ada duka yang selalu mengikuti: waktu kepulangan yang terasa singkat. Ada rasa sesak di dada saat harus kembali ke tanah rantau demi tanggung jawab pekerjaan. Sejujurnya, sangat berat meninggalkan orang tua dan lingkungan yang begitu baik. Namun, semangat mencari nafkah tetap membara karena rezeki saya saat ini memang berada di negeri orang.

Setiap kali berada di bandara untuk kembali berangkat, air mata sering kali menetes. Rasa rindu pada kampung halaman rasanya belum tuntas terobati. Ingin rasanya tinggal lebih lama, namun logika mengingatkan bahwa perantauan adalah tempat saya menyambung hidup.


Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang


Untuk saat ini, saya harus belajar bersabar dan tetap berjuang. Saya percaya, suatu saat nanti akan tiba waktunya di mana saya bisa menetap di kampung halaman tanpa ada lagi ganjalan di hati. Semoga akhir dari perjalanan ini sesuai dengan apa yang selalu saya upayakan dan impikan. Mungkin tulisan ini juga mewakili Anda sebagai perantau.

Post a Comment for "Antara Rupiah dan Rindu: Suka Duka Menjadi Perantau di Negeri Orang"