Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia

Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia


Ingin tahu kehidupan di Malaysia seperti apa? Setelah bertahun-tahun merantau dan menetap di sini, saya jadi benar-benar paham seluk-beluk kehidupan di Malaysia.

Masyarakat yang Majemuk

Masyarakat Malaysia bersifat majemuk, terdiri dari bangsa Melayu, Cina, dan India. Walaupun berbeda bangsa, mereka tetap rukun, bertoleransi, dan saling menghormati. Hal ini terlihat jelas di permukiman atau kota, di mana rumah-rumah penghuninya berbaur menjadi tetangga yang harmonis.

Kerukunan ini juga tercermin di sekolah. Dari TK hingga SMK, murid-murid terdiri dari ketiga etnis tersebut. Uniknya, pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Melayu sudah menjadi mata pelajaran wajib sejak TK, sehingga meskipun berbeda bangsa, mereka semua fasih berkomunikasi dalam kedua bahasa tersebut.


Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia


Jejak Indonesia di Malaysia

Bagi orang Indonesia yang datang ke Malaysia—baik untuk bekerja maupun melancong—komunikasi bukanlah kendala. Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu memiliki banyak kemiripan meskipun ada kosakata yang berbeda.

Fakta menariknya, banyak penduduk asli Malaysia yang memiliki garis keturunan Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, atau Bugis. Mereka adalah keturunan dari orang-orang yang sudah lama menetap dan memiliki kartu identitas (IC) Malaysia.

Saya sering bertemu orang Malaysia yang bercerita bahwa kakek-nenek mereka berasal dari Jawa. Jadi, jangan heran jika bertemu penduduk lokal yang fasih berbahasa Jawa. Bahkan, banyak nama kampung di sini menggunakan nama "Kampung Jawa", yang menandakan mayoritas penduduknya adalah keturunan Jawa.

Soal makanan, lidah kita tidak akan kaget. Di sini mudah ditemukan soto, bakso, ayam penyet, dan aneka kue tradisional, karena pengaruh keturunan Indonesia yang kuat tersebut.


Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia


Tenaga Kerja Asing

Malaysia juga menjadi tujuan banyak pekerja migran dari Indonesia, Pakistan, Myanmar, dan Vietnam. Jika Anda berkunjung ke sini, Anda akan sering melihat mereka bekerja di sektor perkebunan, pabrik (kilang), restoran, atau konstruksi.

Selain pekerja resmi, isu pekerja ilegal atau PATI (Pendatang Asing Tanpa Izin) memang masih ada meskipun razia imigrasi sering dilakukan. Namun, di sisi lain, banyak juga orang Indonesia yang bekerja di sektor formal seperti toko, mal, atau bahkan menikah dengan warga lokal. Bertemu sesama orang Indonesia di sini rasanya seperti bertemu saudara sendiri.

Infrastruktur dan Biaya Hidup

Salah satu perbedaan mencolok antara Malaysia dan Indonesia adalah kemajuan infrastruktur dan teknologinya. Karena jumlah penduduk Malaysia jauh lebih sedikit dibanding Indonesia, pengelolaannya mungkin terasa lebih tertata.

Contoh paling nyata adalah internet. Koneksi internet di Malaysia cenderung lebih cepat dan murah. Hampir setiap rumah, dari desa sampai kota, sudah memasang WiFi berkecepatan tinggi (90 Mbps hingga 300 Mbps) dengan kuota tak terbatas (unlimited). Kita bisa menonton streaming Netflix atau YouTube di Smart TV tanpa buffering (lemot) sedikit pun.


Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia


Selain itu, daya listrik di rumah-rumah umumnya besar (tidak dibatasi 450/900 VA seperti subsidi di Indonesia), jadi kita bisa menggunakan alat elektronik dengan leluasa, asalkan siap membayar tagihannya yang tentu akan lebih mahal.

Berbicara soal biaya hidup, tinggal di kota-kota Malaysia memang lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Namun, hal ini sebanding dengan standar gaji pekerja yang umumnya juga lebih tinggi. Tentu saja, besar kecilnya gaji kembali lagi pada bidang pekerjaan, skill, ketekunan, dan nasib masing-masing individu.

Sebenarnya masih banyak cerita menarik lainnya tentang kehidupan di Negeri Jiran ini. Akan saya ceritakan lebih lengkap di tulisan selanjutnya.

Post a Comment for "Mengintip Kehidupan di Malaysia: Catatan Perantau Indonesia"